Jumat, 29 Juni 2012

PESAN ANAK MELAYU DELI

Bukan ingin terlalu mengedapankan ataupun membangga banggakan suku bangsa ku ini.. 
Jangan salah paham dulu ya... 
Aku hanya ingin mensyukuri saja ini :

Aku bersyukur karena aku orang Melayu.
Aku ridho karena aku telah jadi orang Melayu.
Aku gembira karena orang Melayu.
Aku bangga karena aku tetap jaga adat budaya Melayu walaupun berada di negeri orang.

Karena aku harap nanti bila terjadi hilangnya adat budaya berbagai suku bangsa karena adanya arus modernisasi maka aku cuma bisa mendengar hanya ada satu saja suku bangsa yang tak akan hilang di dunia yaitu Suku Bangsa Melayu beserta adat istiadatnya.

semoga ini bisa menjadikan panduan kita semua untuk cinta sama adat budaya kita dan bangsa kita yaitu bangsa Indonesia.


Writed by : 
Ilmal Bani Hasyim

POROSITAS TANAH


LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM DASAR-DASAR ILMU TANAH
ACARA V
POROSITAS TANAH


OLEH
   ILMAL BANI HASYIM
    09.04.3634

BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN
  POLITEKNIK LPP
    YOGYAKARTA
  2010



ACARA V POROSITAS TANAH

A.   TUJUAN
1.      Menetapkan kerapatan massa tanah (Berat Volume)
2.      Menetapkan kerapatan butir tanah ( Berat Jenis)
3.      Menetapkan porositas total tanah (n)

B.   ALAT DAN BAHAN
a.      Alat
-          Cawan pemanas lilin
-          Lampu spritus
-          Penumpu kaki tiga
-          Gelas ukur
-          Thermometer
-          Botol piknometer
-          Kawat pengaduk
-          Pipit ukur
b.      Bahan
-          Aquadest
-          Tanah grumusol
-          Cairan lilin

C.   CARA KERJA
Mencari kerapatan butir tanah (BJ) yaitu:
1.      Menimbang botol piknometer yang kosong ditimbang (misal a gram)
2.      Botol piknometer kemudian diisi dengan sample tanah sampai 2/3 bagian, kemudian ditutup rapat dan ditimbang (missal b gram)
3.      Masukkan aquadest/air sampai dengan 50 % volume botol, kemudian diaduk dengan menggunakan pengaduk kawat yang bertujuan agar mengusir udara yang ada di dalam agregat tanah. Pengadukan dilakukan sekitar 15 menit setelah itu di diamkan semalam.
4.      Tambahkan air setelah sampai penuh kemudian timbang (misal c gram).
5.      Setelah satu malam didiamkan, isi piknometer berupa sample tanah dibuang dan dibersihkan.
6.      Setelah piknometer bersih, kemudian isi dengan air sampai penuh setelah itu timbang lagi (misal d gram).
7.      Setelah semua selesai dilakukan, kemudian dilakukan perhitungan BJ (kerapatan butir tanah).

Mencari kerapatan massa tanah (BV)
1.      Mengambil bongkahan tanah seukuran jempol tangan manusia agar dapat masuk ke dalam tabung ukur dengan longgar.
2.      Berihkan permukaan gumpalan tanah tersebut dari butir-butir tanah secara hati-hati
3.      Timbang bongkahan tanah tersebut (misal a gram).
4.      Cairan lilin dipanaskan pada suhu 60º C dan diukur dengan termometer
5.      Setalah cairan lilin panasnya sudah sesuai dengan keinginan kita, kemudian bongkahan tanah dicelupkan ke dalam cairan lilin tersebut selama ± 5 detik, keluarkan dan biarkan dingin sebentar ± 2 menit
6.      Setelah bongkahan berlilin tersebut dingin, kemudian timbang (misal b garam).
7.      Isi gelas ukur volume 100 mm/cc dengan aquadest sebanyak 50 cc
8.      Masukkan bongkahan tanah berlilin tadi ke dalam gelas ukur yang berisi air tadi kemudian catat volume air.
9.      Setelah itu bersihkan gelas ukur.

D.   HASIL PENGAMATAN
I.       Perhitungan kerapatan butir tanah (BJ) tanah grumusol
a)      Botol piknometer no. I kosong (a)            = 22,18 gram
b)      Botol piknometer no.I + tanah (b)            = 39,49 gram
c)      Botol piknometer no. I + tanah (c)           = 83,74 gram
d)     Botol piknometer no. I + air      (d)           = 76.74 gram

II. Penetapan kerapan massa tanah (BV) secara tidak langsung grumusol
      Gelas Arloji                 = 47,73 gram
      Gelas Arloji + tanah    = 53,39 gram
a.       Bongkahan tanah + benang    (a)        = 5,63 gram
b.      Bongkahan tanah + lilin          (b)        = 7,049 gram
c.       Volume tanah + lilin               (c)        = 4 ml


E.   PEMBAHASAN
Porositas tanah merupakan perbandingan antara volume pori tanah dengan volume total tanah, yaitu menunjukkan kombinasi atau susunan partikel-partikel tanah primer (pasir, debu, dan liat) sampai pada partikel sekunder disebut juga agregat. Struktur dapat mengubah pengaruh tekstur dengan memperlihatkan hubungan kelembaban dengan udara.
Porositas total tanah juga dapat dikatakan struktur tanah merupakan gumpalan kecil dari butir-butir tanah. Gumpalan ini terjadi karena butir-butir pasir, debu dan liat terikat satu sama lain oleh perekat seperti bahan organic, oksida-oksida besi dan lain-lain. Gumpalan –gumpalan mempunyai bentuk, ukuran, kemantapan yang berbeda-beda (Hardjowigeno, 1987).
Ketersediaan oksigen dan pengeluaran karbondioksida dari daerah perakaran agar dapat tumbuh dengan baik. Pentingnya aerasi sebagai salah satu faktor yang sangat menentukan pertumbuhan tanaman. Aerasi tanah merupakan hasil masuknya oksigen dari udara melalui ruang pori tanah ke dalam air tanah untuk menggantikan oksigen yang digunakan oleh tanaman serta jasad hidup dalam tanah dan keluarnya karbondioksida yang dihasilkan jasad hidup dari tanah ke atmosfer.
Tanah yang baik adalah tanah yang mengandung udara dan airnya dalam jumlah cukup dan seimbang serta mantap. Hal ini hanya terdapat pada struktur tanah yang ruang pori-porinya besar, dengan perbandingan yang sama antara pori-pori makro dan mikro serta tahan pukulan tetes-tetes air hujan. Dikatakan pula yang paling baik adalah bila perbandingan sama antara padatan air dan udara (Suhaidi, 1996).
Praktikum Dasar-dasar Ilmu Tanah yang berjudul “Porosits Tanah” dilaksanakan pada hari Rabu, 5 Mei 2010 pukul 13.00 WIB dilaboratorium Tanah dan Pupuk Lembaga Pendidikan Perkebunan, Yogyakarta. Dalam acara ini ada 3 perlakuan dan masing-masing memiliki bahan dan alat yang berbeda. Ketiga perlakuan itu adalah mencari kerapatan massa tanah (BV), kerapatan butir tanah (BJ), dan porositas total tanah (n).
a.       Kerapatan butir tanah (BJ)
Dalam percobaan ini bahan yang digunakan adalah tanah grumusol lolos saring 2 mm serta alat yang digunakan berupa botol piknometer, kawat pengaduk, dan termometer. Cara kerja pertama-tama yaitu piknometer kosong yang telah ditutup rapat ditimbang (27,18 gram). Kemudian Botol piknometer kemudian diisi dengan sample tanah sampai 2/3 bagian, kemudian ditutup rapat dan ditimbang (39,49 gram). Masukkan aquadest/air sampai dengan 50 % volume botol, kemudian diaduk dengan menggunakan pengaduk kawat yang bertujuan agar mengusir udara yang ada di dalam agregat tanah. Pengadukan dilakukan sekitar 15 menit, tambahkan air setelah sampai penuh kemudian timbang (83,74 gram), setelah itu didiamkan semalam.
Setelah satu malam didiamkan isi piknometer dibuang dan dibersihkan. Piknometer didisi dengan aquadest sanpai penuh dan menyumbatnya. Diamati, air harus mengisi pipa kapiler sumbat. Permukaan luar pikno dikeringkan dengan tisu dan piknometer yang berisi air ditimbang (76,07 gram). Kemudian piknometer dibersihkan dan dilakukan perhitungan BV tanah.
b.      Kerapatan massa tanah (BV)
Pada praktikum ini digunakan bahan berupa contoh tanah gumpalan kering, juga digunakan alat-alat berupa cawan pemanas lilin, lampu spritus, penumpu kaki, tabung ukur, termometer. Pertama-tama sebongkah tanah diambil dan dibuat seperti bola dengan sedemikian sehingga dapat masuk ke dalam tabung ukur dengan longgar permukaannya dibersihkan dari butir-butir tanah yang menempel. Tanah diikat dengan benang sehingga dapat digantung, kemudian ditimbang (5,63 gram). Kemudian lilin dicairkan dalam cawan pemanas, kemudian suhunya diukur dengan termometer. Bongkahan tanah dicelupkan ke dalam lilin pada suhu 60º C selama ± 5 detik (apabila suhu terlalu panas lilin dapat masuk ke dalam pori-pori tanah, apabila terlalu lama pelapisan akan terlalu tebal). Lilin dipastikan betul-betul menutupi permukaan bongkahan. Setelah itu bongkahan yang berlilin ditimbang setelah didinginkan beberapa saat (7,049 gram). Setelah bongkahan berlilin tersebut dingin, kemudian timbang (misal b garam).Isi gelas ukur volume 100 mm/cc dengan aquadest sebanyak 50 cc. Masukkan bongkahan tanah berlilin tadi ke dalam gelas ukur yang berisi air tadi kemudian catat volume air kemudian diangkat dan bersihkan gelas ukur. Setalah itu menghitung porositas total tanah (n) yang merupakan volume pori-pori yang ada di dalam tanah terhadap volume total bongkahan tanah. Porositas total tanah dapat diperoleh dari BV dan BJ.
Adapun yang mempengaruhi porositas total tanah diantaranya adalah peredaran udara, tata air, ketersediaan unsur hara, populasi dan aktivitas mikrobia, penetrasi akar tanaman, dan juga perombakan organik.
 Dalam menentukan porositas total tanah dilakukna kegiatan yang meliputi pengambilan contoh tanah yang tidak terusik dan penetapan lengas dari contoh tanah tersebut. Dalam praktikum ini, pertama dilakukan pengambilan contoh tanah yang tidak terusik. Contoh tanah yang tidak terusik selalu diambil dengan wadah yang memiliki volume tetap dan telah diketahui. Dengan menimbang contoh tanah tersebut (lewat volume yang telah diketahui sebelumnya) dan kandungan lengas, kerapatan lengas, dan kerapatan bongkah harus diketahui.
Perhitungan kerapatan massa tanah (BV) digunakan gumpalan tanah kering udara yang permukaannya telah ditutup lilin. Dengan menggunakan metode perhitungan berat batu dengan cara menghitung selisih volume cair batu yang diselimuti lilin dengan berat lilin yang menyelimuti. Volume cair bongkahan yang diselimuti lilin didapat dari selisih volume air dalam tabung ukur 50 cc dengan rumus volume cair bongkahan tanah setelah dicelupkan pada lilin. Penggunaan lilin pada suhu 60º C bertujuan untuk menutupi pori-porinya. Bongkahan tanah juga tidak boleh terlalu lama dicelupkan ke dalam lilin, karena pencelupan yang terlalu lama dapat mengakibatkan pelapisan yang terlalu tebal.
           Dari hasil percobaan didapat bahwa tanah grumusol memiliki BJ yaitu 2,469 g/cc, hasil perhitungan BV yaitu 2,20 g/cc dan dari hasil ini terlihat bahwa 2,46 >2,20. Sehingga dari hasil percobaan ini sesuai dengan bunyi BJ >BV serta menunjukan porositas total tanah grumosol (n) adalah 10,6%. Perbandingan besar dan kecil porositas tanah terlihat pada bunyi “semakin besar porositas tanah maka daya serap air akan semakin besar dan semakin kecil porositas tanah maka akan semakin kecil pula daya serap air”. Dalam praktikum ini tanah grumusol memiliki porositas yang kecil.


KESIMPULAN
1        Porositas tanah merupakan perbandingan antara volume pori tanah dengan volume total  tanah.
2.      Dari hasil percobaan didapat bahwa perhitungan tanah grumusol menunjukan kesesuain dengan hukum BJ >BV.
3.      Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai BV dan BJ adalah tekstur tanah dan bahan organik tanah serta susunan mineralnya.
4.      Semakin besar porositas tanah maka daya serap air akan semakin besar dan semakin kecil porositas tanah maka akan semakin kecil pula daya serap air.



DAFTAR PUSTAKA


Hardjowigeno, S. 1987. Ilmu-Ilmu Tanah Perguruan Tinggi. Medyatama Sarana Perkasa.
              Jakarta.

Suhardi, 1983. Dasar-Dasar Bercocok Tanam. Kanisius Yogyakarta.

http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid. Diakses Selasa, 25 Mei 2010.




























LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR-DASAR GENETIKA & PEMULIAAN TANAMAN
ACARA IV
GENETIKA TIRUAN DENGAN RANDOM SAMPLING


OLEH
   ILMAL BANI HASYIM
    09.04.3634

BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN
  POLITEKNIK LPP
    YOGYAKARTA
  2010




ACARA IV GENETIKA TIRUAN DENGAN RANDOM SAMPLING

A.   TUJUAN
Untuk mengetahui seberapa jauh tiruan perkawinan antara 2 inividu yang heterozigot pada satu gennya mendekati kebenaran (Hukum Mendel).

B.   ALAT DAN BAHAN
-          2 kantong plastik
-          50 Kancing baju merah (manis)
-          50 kancing baju biru (asam)
-          50 kancing baju hitam (besar)
-          50 kancing baju putih (kecil)

C.   CARA KERJA
1.      Menyiapkan 2 kantong hitam
2.      Kedua kantong hitam tersebut diisi oleh 4 warna kancing dari masing-masing warna kancing baju tersebut.
3.      Kantong-kantong tersebut dikocok hingga kancing-kancing tersebut menjadi homogen
4.      Masing-masing kantong dipungut satu butir kancing
5.      Melakukan ulangan I dengan mengambil sampling dari 4 kancing baju sebanyak 50 kali ulangan.
6.      Melakukan ulangan II dengan mengambil sampling kancing baju sebanyak 100 kali ulangan.
7.      Mengambil 4 jenis warna kancing tersebut kita harus membayangkan seolah-olah masing-masing dari kantong dianggap sebagai individu jantan dan individu betina yang akan dikawinkan
8.      Setelah itu menentukan kita fenotip dan genotipnya.


D.   HASIL PENGAMATAN
Ulangan I
Fenotip
O
l
O - l
( O – l) ²

Besar manis
33
28,125
4,875
23,765
0,844
Besar kecut
9
9,375
-0,375
0,140
0,014
Kecil manis
5
9,375
       -4,375
19,140
2,041
Kecil kecut
3
3,125
-0,125
0,015
0,0048
Jumlah
50

0

2, 9038

Jika (x² hitung) < (x² tabel) maka tidak ada beda nyata (2,9038) < (7,81) antara  kenyataan dan harapan.
(Hukum Mendel berlaku)

Ulangan II
Fenotip
O
l
O - L
( O – L) ²

Besar manis
66
56,25
9,75
23,765
1,69
Besar kecut
17
18,75
-1,75
3,0625
0,163
Kecil manis
13
18,75
       -5,75
33,0625
1,763
Kecil kecut
14
6,25
-2,25
5,0625
0,81
Jumlah
100

0

4,426

Jika (x² hitung) < (x² tabel) maka tidak ada beda nyata (4,426) < (7,81) antara  kenyataan dan harapan.
(Hukum Mendel berlaku)



E.   PEMBAHASAN
Keragaman genotip untuk sifat-sifat kuantitatif seperti komponen hasil sering saling berubah dan hasil sering berubah dari suatu lingkungan ke lingkungan lain karena adanya interaksi antara genotip dan lingkungan.
Seringkali percobaan perkawinan yang kita lakukan menghasilkan keturunan yang tidak sesuai dan benar dengan hukum Mendel. Kejadian ini biasanya menyebabkan kita bersikap ragu-ragu, apakah penyimpangan yang terjadi itu karena kebetulan saja ataukah karena memang ada faktor lain? Berhubungan dengan hal itu perlu diadakan evaluasi terhadap benar atau tidaknya hasil percobaan yang kita lakukan dibandingkan dengan keadaan secara teoritris. Suatu cara untuk mengadakan evaluasi itu adalah melakukan tes X² (bahasa Inggris: Chi-square test). Sebenarnya itu bukan huruf X tetapi huruf Yunani “phi” (x). untuk memudahkan, huruf Yunani itu dianggap sebagai huruf X (Suryo,2004). Berhubungan dengan hal itu dirumuskan dengan hukum Mendel I dari Gregori Mendel yang dikenal dengan nama “the law of segregation of allele genes” (hukum pemisah gen yangs sealell) (Suryo,1997).
Alel memisah (segregasi) satu dengan yang lain selama pembentukan gamet yang diwariskan secara acak ke dalam gamet-gamet yang sama jumlahnya. Sebagai dasar sehregasi satu pasang alel terletak pada laokus yang sama dari kromosom homolog. Kromosom homolog ini memisah secara bebas pada anaphase pertama dari meiosis dan tersebar ke dalam gamet-gamet yang berbeda (Crowder, 1997).
Pada praktikum ini bertujuan untuk Untuk mengetahui seberapa jauh tiruan perkawinan antara 2 inividu yang heterozigot pada satu gennya mendekati kebenaran. Adapun cara kerja yang ditempuh adalah pertama, diambil dua buah kantong plastik, lalu ke dalamnya masing-masing di isi 200 butir kancing baju dengan 4 warna masing-masing 50 butir. Dalam ingatan kita bayangkan seolah masing-masing kantong dianggap sebagai individu jantan dan individu betina yang akan dikawinkan, sedangkan kancing-kancing baju merupakan gamet-gamet yang akan dibentuk. Kedua, masing-masing kantong tersebut dikocok hingga kancing-kancing baju tersebut menjadi homogen. Ketiga, dari masing-masing kantong dipungut satu butir biji kancing lalu warnanya diamati dan dicatat genotipenya. Keempat, pada praktikum ini dilakukan dua kali ulangan dengan pengambilan masing-masing sebanyak 50 kali dan 100 kali. Kelima, setiap kancing kancing itu dipungut dan jagan lupa untik dikocok dan dikembalikan lagi ke kantong semula agar populasinya tetap.
Pada percobaan yang dilakukan ini bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh tiruan perkawinan antara dua individu yang heterozigotpada salah satu lokusnya akan mendekati hukum Mendel. Teori kemungkinan merupakan dasar untuk menentukan nisbah yang diharapkan dari tipe-tipe persilangan genotip yang berbeda. Penggunaan teori ini memungkinkan kita untuk menduga kemungkinan diperolehnya suatu hasil tertentu dari persilangan. Metode chi-square adalah cara yang dapat dipakai untuk membandingkan data percobaan yang diperoleh dari hasil persilnagan dengan hasil yang diharapkan berdasarkan hipotesisi secara teoritis.
Dengan metode chi-square dapat diuji apakah data yang diperoleh menyimpang dari nisbah yang diharapkan, tidak secara kebetulan. Perbandingan yang diharapkan (hipotesa) berdasarkan pemisahan alella secara bebas, pembuahan gamet secara random terjadi segregasi sempurna.
Hukum segregasi Mendel kurang lebih berbunyi “Pasangan gen di dalam individu akan mengalami segregasi dan masing-masing diteruskan kepada gamet-gamet yang dibentuk”. Ternyata perbandingan-perbendingan genetika ini dapat ditiru dengan memakai bahan-bahan mati. Dalam ini diadakan perkawinan tiruan silang antara individu heterozigot pada salah satu gennya.
Praktikum ini menggunakan kancing baju berwarna merah, biru, hitam, putih 2 buah kantong plastik. Dua buah kantong yang berisi masing-masing 50 kancing merah (manis) yang merupakan sifat dominan dan 50 kancing biru (asam) yang resesif yang kedua ini berupa sifat rasa dan kantong yang satu lagi berisi 50 kancing hitam (besar) yang berupa sifat dominan dan 50 kancing putih (kecil) berupa resesif dan dari kedua ini merupakan sifat bentuk. Diperlukan kantong berwarna hitam agar tidak transparan atau tidak terlihat dari luar., sehingga proses pengambilan kancing secara random lebih valid.
Tiap kali memungut butir kancing, kantong plastik harus dikocok terlebih dahulu. Adapun fungsi pengocokan adalah agar butir-butir kancing dapat tercanpur secara merata (homogen). Perlakuan ini bertujuan agar setiap butir kancing memiliki kesempatan yang sama untuk terambil.
Untuk mengatahui apakah percobaan kita terlah sesuai dengan hukum segregasi Mendel, kitamembuat perhitungan dan tabel yang disebut chi-square. Metode ini membandingkan data percobaan yang diperoleh dari hasil persilangan-persilangan dengan hasil yang diharapkan berdasarkan hipotesis secara teoritis. Biasanya nilai kemungkinan 5 % dianggap garis betas antara menerima dan menolak hipotesis.
Dari perhitungan hasil yang menunjukkan suatu bentuk yang positif. Pada ulangan I terlihat perbandingan fenotip 11 : 3 : 2 : 1. Pada ulangan II juga terjadi perbandingan yang cukup positif yakni 66 : 17 : 13 : 4. Dengan menggunakan perlakuan yang semakin besar, maka akan menunjukkan kedekatan dengan hukum Mendel. Hal ini member kita pengertian bahwa semakin banyak sample yang digunakan, maka kita akan mendapat hasil yang lebih baik. Karena semakin benyak ulangan semakin banyak data yang didapat dan peluang untuk mendapat hasil akan lebih besar.
Pada percobaan perkawinan tiruan yang kita lakukan kali ini dengan menggunakan benda mati sesuai dengan hukum Mendel. Ini terbukti dari hasil perhitungan yang dilakukan ternyata X² hitung < X² tabel. Ini juga menunjukkan bahwa adanya pemerattan dalam pengambilan kancing baju tersebut akan mempengaruhi hasil silang.
Keragaman genotip untuk sifat-sifat kuantitatif seperti komponen hasil sering berubah ubah seperti komponen hasil dan hasil, sering juga berubah dari satu lingkungan. Interkasi genotip dan lingkungan  timbul apabila masing-masing genotip memiliki adaptasi spesifik terhadap lingkungan makro yang berbeda (Soehadi dkk, 2000).

F.    KESIMPULAN
1.      Genetika merupakan ilmu yang mempelajari cara individu menurunkan sifat-sifat kepada individu keterunannya.
2.      Pasangan alella dalam suatu individu akana mengalami segregasi dan masing-masing diteruskan ke gamet-gamet yang dibentuk.
3.      Perkawinan tiruan ternyata dapat dilakukan untuk mengetahui dua individu yanhg heterozigot pada salah satu lokusnya kebenaran hukum mendel segregasi Mendel.
4.      Hukum seregasi dari Mendel yang berbunyi “pasangan gen di dalam individu akan mengalami segregasi (memisah) dan masing-masing akan diteruskan kepada gamet-gamet yang terbentuk”.
5.      Tidak ada ulangan yang yang dilakuakn pada percobaan ini yang tidak sesuai atau  menyimpang dengan hukum Mendel karena X² Hitung lebih kecil daripada X² tabel.

DAFTAR PUSTAKA

 Crowder, L, V, Plant Genetic. (alih bahasa oleh Ir. Lilik Kusdiarti Msc.). Genetika Tumbuhan.
                Gajah Mada University Press: Yogyakarta.

Soehadi, Rudi. Haryono, Sri Kuntiyanti. Prajitno, Djoko. 2000. Keragaman Hasil dan Sifat
                Kuntitatif Harapan Kacang Hijau. Jurnal Agrivet.

Suryo. 1997. Genetika Manusia. Gajah Mada University Press: Yogyakarta.