Sabtu, 28 Juli 2012

OPTIMALISASI KEGIATAN PENCARIAN LAHAN AKIBAT TINGGINYA HARGA SEWA LAHAN PADA TANAMAN TEBU SENDIRI (TRK-SU)



    Pabrik Gula yang berada di pulau Jawa merupakan industri yang unik, karena hasil produksi gula berasal dari tebu, yang luasan tanahnya sebagian tidak sepenuhnya dimiliki oleh pabrik gula. Di pulau Jawa areal tanah yang ditanami tebu sebagian besar menyewa dari petani, yang berada di sekeliling komplek pabrik gula. Saat ini harga sewa lahan di beberapa wilayah di Karisidenan Madiun sudah mencapai Rp. 15.000.000 per hektar. Padahal dulu harga sewa hanya sekistar Rp. 10.000.000 hingga Rp. 12.000.000 di lahan yang sama. Tingginya biaya sewa tersebut akibat ketatnya kompetisi dalam pengunaan lahan.                                                                                                                                                                        
Selain itu makin banyaknya komoditas pertanian yang menjanjikan pendapatan dan profit lebih baik disertai umur tanaman yang lebih pendek. Beberapa komoditas agribisnis tersebut diantaranya adalah komoditas padi dan palawija yang secara relatif hanya memerlukan waktu sekitar 3 - 4 bulan saja yang setidaknya lebih cepat dipanen dibanding tebu yang harus dikelola selama setahun. Inilah beberapa faktor di sisi on farm yang menjadikan lahan sewaan untuk budidaya tebu tidak lagi memiliki daya saing tinggi terhadap berbagai komoditas pertanian lainnya.                                                                                   
Pabrik Gula Rejo Agung Baru sampai saat ini masih menggunakan lahan sewaan dari masyarakat untuk kegiatan budidaya tebu sendiri (TR-KSU) dan KBD serta tebu yang akan digiling (KTG). Umumnya lahan akan berselang seling ditanami oleh komoditi tebu dan padi secara bergiliran. Untuk mengatasi kekurangan lahan, Pabrik Gula Rejo Agung Baru mengoptimalkan berbagai pola pencarian lahan yang sedikit berbeda, khususnya dilakukan oleh Sinder Kebun Kepala (SKK), Sinder Kebun Wilayah (SKW) dan Petugas Lapangan Pabrik Gula (PLPG).
Sebenarnya proses mendapatkan lahan sewaan dari petani pada beberapa puluh tahun lalu tidak mengalami banyak kendala, karena ikatan hubungan yang istimewa antara petani dengan Pabrik Gula Rejo Agung Baru serta masih berjalannya program pemerintah yaitu Tebu Rakyat Intensifikasi (TRI) yang mewajibkan setiap pemerintah daerah menyediakan lahan yang digunakan untuk kegiatan budidaya tebu. Dihapuskannya program Tebu Rakyat Intensifikasi (TRI) dari pemerintah maka saat ini semakin mempersulit mendapatkan lahan untuk tanaman tebu. Hal ini ditambah lagi dengan kegunaan lahan yang ada sekarang banyak yang telah mengalami alih fungsi.                                                            
Pencarian lahan dengan menerapkan penyuluhan secara konvesional, yaitu dengan melakukan penyuluhan-penyuluhan di desa-desa dengan Pemerintah/Kepala Desa dengan melakukan lobi-lobi untuk meminta dukungan dari Bupati, Camat, dan Lurah tidak lagi dilakukan secara intensif karena mulai tidak efektif. Saat ini pihak pabrik gula melakukan beberapa metode yang dianggap lebih mudah dan lebih cepat dalam proses pencarian dan mendapatkan lahan sewaan. Pabrik gula saat ini lebih sering melakukan pola penyuluhan baru yang dilakukan secara praktis yang berbeda dengan cara sebelumnya. Pihak pabrik gula lebih sering datang langsung ke rumah-rumah pemilik lahan (door to door) tanpa kenal waktu dengan mulai melakukan kegiatan pendekatan kekeluargaan yang tidak membutuhkan proses birokrasi yang sulit.                            
Dengan melakukan kunjungan ke rumah-rumah petani, pihak Pabrik Gula Rejo Agung Baru juga sekalian memberikan tawaran kepada petani dengan cara memberikan kredit yang lebih mudah diakses. Umumnya berupa sewa traktor untuk pengolahan lahan, pupuk bersubsidi dan lain sebagainya. Dengan adanya kredit ini petani diharapkan tidak menyewakan lahannya pada pabrik gula yang lainnya. Selain itu juga Pabrik Gula Rejo Agung Baru berani menyewa lahan dengan harga yang cukup tinggi dibandingkan dengan pabrik-pabrik gula di Karisidenan Madiun. 
Pabrik Gula Rejo Agung Baru umumnya berani menyewa lahan hingga mencapai harga maksimal saat ini dibandingkan dengan pabrik gula yang lain yang hanya berani menyewa lahan dengan harga lama sehingga para petani lebih tertarik dalam menyewakan lahannya ke Pabrik Gula Rejo Agung Baru. Fakta di lapangan, pola yang diterapkan Pabrik Gula Rejo Agung Baru seperti ini cukup efektif. Terlihat bahwa didominasinya lahan TRK-SU dan produksi tebu yang cukup stabil dibanding pabrik-pabrik gula disekitarnya. Hal ini ditandai tidak terjadi pemberhentian aktivitas pengolahan akibat kekurangan bahan baku tebu.                                                                                


  Bab Pembahasan Tugas Akhir
Diploma 3 di Politeknik Perkebunan LPP Yogyakarta
Praktek Kerja Lapang III  :
"Manajemen Budidaya Tanaman Tebu  di PT PG Rajawali I 
(RNI Group) Pabrik Gula Rejo Agung Baru Madiun"


Writed By


Ilmal Bani Hasyim


                                                                

Jumat, 27 Juli 2012

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PASOKAN BAHAN BAKU TEBU DARI PETANI TEBU RAKYAT KEMITRAAN (TRK)

Secara umum, ada dua tipe pengusahaan tanaman tebu. Untuk Pabrik Gula swasta, kebun tebu dikelola dengan menggunakan manajemen perusahaan perkebunan (estate) yang memiliki lahan HGU (Hak Guna Usaha) untuk pertanaman tebunya. Untuk Pabrik Gula milik BUMN, sebagian besar tanaman tebunya dikelola oleh rakyat yang disebut dengan sistem Tebu Rakyat Kemitraan (TRK).
 Sistem Tebu Rakyat Kemitraan (TRK) sebagian besar dipilih masyarakat di Karasidenan Madiun menjadi pilihan usahataninya mempertimbangkan beberapa alasan yaitu, peningkatan pendapatan, kesesuaian lahan, meningkatkan kemampuan, menambah pengalaman dan lain sebagainya. Petani tebu difungsikan sebagai salah satu pemasok bahan baku untuk pengolahan. Dalam mengelola usahatani tebunya, petani sering dibimbing oleh Petugas Lapangan dan Sinder Kebun Wilayah selaku pihak pabrik gula.

Sistem bagi hasil, petani memperoleh sekitar 66% dari produksi gula petani, sedangkan Pabrik Gula sekitar 34%. Petani tebu di Jawa secara umum didominasi (70%) oleh petani kecil dengan luas areal kurang dari 1 ha. Proporsi petani dengan areal antara 1-5 ha diestimasi sekitar 20%, sedangkan yang memiliki areal diatas 5 ha, bahkan sampai puluhan ha diperkirakan sekitar 10%. Bagi petani yang arealnya luas, sebagian lahan mereka pada umumnya merupakan lahan sewaan.      
Dalam mempertahankan usahatani tebunya, petani menggunakan cara pola perputaran lahan dengan cara menyewakan lahan yang dimiliki petani dengan potensi lahan yang telah menurun ke pihak pabrik gula dengan harapan mendapatkan uang sewa yang digunakan untuk mengelola lahan lainnya yang memiliki potensi yang tinggi. Selain itu petani juga mendapatkan dana ratoon dari pihak Dirjen Perkebunan sebagai dana pinjaman lunak untuk usahatani tebu yang dimilikinya. Selain itu untuk meningkatkan daya saing pasokan tebu yang dikelola, petani tebu melakukan berbagai cara antara lain menanam varietas tebu yang berkualitas untuk mendapatkan hasil yang maksimal, menggunakan sistem angkut tebu yang baik, dan terus melakukan komunikasi dengan pihak Asosiasi Petani Tebu Rakyat (APTR) yang akan terus memantau kualitas dan jumlah pasokan tebu dari petani.
Berdasarkan keterangan pendapat dari 3 sample petani di Kabupaten Madiun, yang dapat mempengaruhi pasokan bahan baku tebu dari petani TRK dipengaruhi beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain :

1. Jarak lokasi kebun tebu ke Pabrik Gula

Pada hal ini, petani umumnya akan memasok tebu yang dikelolanya berdasarkan pertimbangan jarak angkutan ke pabrik gula. Petani umumnya akan lebih memilih pabrik yang berdekatan dengan lokasi kebun yang dimilikinya karena mempertimbangkan biaya angkut hasil tebangan. Petani akan memilih pabrik yang lebih dekat dengan lokasi kebun walaupun pabrik gula tersebut mematok harga beli sedikit lebih rendah dibanding dengan pabrik gula yang berada lebih jauh dengan lokasi kebun tetapi dapat membeli tebu petani dengan harga yang sedikit lebih tinggi. Biaya angkut yang dikeluarkan dengan jarak yang lebih dekat akan impas. Selain itu petani mempertimbangkan kualitas tebu, dengan memilih pabrik gula yang lebih dekat maka diharapkan kualitas tebunya tetap terjaga karena tidak memakan waktu yang lama dalam pengangkutan tebu ke pabrik gula.

2. Tinggi rendahnya rendemen gula harian

Hal ini akan terlihat secara nyata bahwa pasokan tebu dari petani akan semakin banyak bila pada saat melakukan kegiatan giling terjadi peningkatan rendemen sehingga akan menguntungkan petani dengan sistem bagi hasil yang dilakukan antara pabrik gula dengan petani tebu. Apabila terjadi penurunan rendemen harian pada sebuah pabrik gula maka petani akan memilih memasok tebunya ke pabrik gula yang memiliki rendemen yang lebih tinggi dengan pertimbangan keuntungan yang lebih besar. Ternyata kendala tebu rakyat yang ada bukan karena ketidakmampuan petani menanam tebu sehingga terkesan pasokan tebu dari rakyat berkurang untuk pabrik gula tetapi  lebih kepada belum termotivasinya pabrik gula meningkatkan kinerja instrumen di pabrik dalam meningkatkan rendemen tebu. Para petani kurang antusias memasok tebunya ke sebuah pabrik gula yang belum bisa menjalin kerja sama yang saling memuaskan dan menguntungkan antara petani tebu dan pabrik gula, khususnya cara penentuan rendemen tebu yang ada di pabrik.

3. Pengaruh pola tanam dan giling dalam melayani petani


Berdasarkan agroklimat, khususnya curah hujan, ada dua kalender pertanaman. Pola I adalah pengolahan tanah dilakukan mulai bulan April dan penanaman dilakukan pada bulan Mei - Juni. Masa panen dapat berlangsung pada bulan Mei hingga November. Pola II adalah pengolahan tanah dilakukan pada September dan penanaman dilakukan pada bulan Oktober dan November. Untuk pola ini, panen dilakukan pada bulan Oktober dan November tahun berikutnya. Untuk dapat melakukan jadwal tanam dan tebang/giling secara baik dengan harapan diperoleh produktivitas tebu dan rendemen yang tinggi, maka pihak pabrik gula berusaha melakukan kerjasama dengan kelompok tani dalam menyusun jadwal tanam dan tebang.
Namun demikian, perebutan waktu, khususnya waktu tebang masih sering menjadi masalah. Para petani mengeluh bahwa mereka sering tidak mendapat jatah tebang dari pabrik gula yang sesuai dengan harapan mereka. Di sisi lain pihak manajemen pabrik gula menyebutkan bahwa pabrik gula sudah secara maksimal mengatur jadwal tebang dan giling untuk memaksimalkan potensi secara keseluruhan. Keterbatasan kapasitas pabrik gula yang tidak bisa memenuhi harapan seluruh petani pada puncak giling mengakibatkan banyak petani yang lebih memilih pabrik gula lain sebagai tempat pasokan tebunya.


4. Tinggi rendahnya harga gula

Harga gula di tingkat petani sering diatur oleh pemerintah dengan menetapkan sejenis harga dasar. Pada saat ini, harga dasar tersebut dimodifikasi menjadi harga talangan, sejenis harga minimum yang dijamin oleh investor (pihak swasta). Jika harga gula petani melalui lelang lebih tinggi dari harga talangan, maka kelebihan tersebut dibagi antara petani dengan investor dengan pembagian 50% untuk petani dan 50% untuk investor. Sebaliknya apabila harga rendah maka akan mengakibatkan penurunan jumlah usahatani tebu sehingga otomatis bahan pasokan tebu ke pabrik gula akan berkurang karena petani akan lebih memilih usahatani lain yang lebih menguntungkan.

5. Intensifnya kegiatan impor Gula Rafinasi dalam skala besar


       Dalam mulai sulitnya  mencari lahan tebu di pulau Jawa, saat ini pun mulai banyak munculnya pembangunan pabrik gula rafinasi, maka peran pengawasan pemerintah menjadi sangat penting. Kegiatan yang  perlu diawasi adalah agar pabrik-pabrik gula yang ada di pulau Jawa tidak mengubah kegiatan pengolahan tebu mereka menjadi kegiatan pengolahan tebu berbasis rafinasi. Hal tersebut akan menabrak kebiasaan yang ada dan harus tetap memprioritaskan menggiling tebu petani
   Dikhawatirkan banyaknya kegiatan impor gula rafinasi mengakibatkan nasib tebu petani jadi terlantar dan bahkan merugi. Jika tidak ditahan laju pertumbuhannya dan berkembangnya akan banyak pabrik gula yang awalnya adalah pabrik gula dengan sistem konvensional berubah menjadi pabrik gula berbasis rafinasi sehingga akan bisa mengkhawatirkan nasib petani tebu dan pasokan tebunya. Dari sini peran pemerintah menjadi sangat dominan untuk kepentingan semua pihak baik petani, konsumen maupun pabrik gula itu sendiriSeharusnya pabrik - pabrik  gula yang sudah ada sekarang memang perlu diproteksi keberadaannya agar tidak terlalu cepat mengubah sistem pengolahannya karena disamping sudah puluhan bahkan ratusan tahun berdiri, juga karena menyangkut nasib ribuan bahkan ratusan ribu petani yang akan berpengaruh pada keberadausahatani tebu dan pasokan tebunya. Pabrik - pabrik gula di pulau Jawa yang secara historis sudah berpengalaman ratusan tahun dalam industri gula agar dapat memaksimalkan kekuatan pengalaman yang sudah dimiliki. 
    Disamping itu harus tetap lebih kreatif dalam menciptakan terobosan-terobosan baru untuk mengimbangi peningkatan pola kearah  langkah - langkah strategis  dan  inovatif  untuk meningkatkan dan  menjaga hubungan baik dengan petani tebu dengan pembenahan  kualitas rendemen serta peningkatan efisiensi pabrik maupun manajemennya. Untuk  program revitalisasi pabrik gula di Jawa seharusnya tidak hanya difokuskan kepada penggantian mesin, sistem pengolahan gula dan peningkatan kapasitas saja tetapi  juga  harus  dilihat situasi dan kondisi yang berkembang ditengah masyarakat.



 Bab Aspek Khusus Tugas Akhir
Diploma 3 di Politeknik Perkebunan LPP Yogyakarta
Praktek Kerja Lapang III : 
"Manajemen Budidaya Tanaman Tebu  di PT PG Rajawali I 
(RNI Group) Pabrik Gula Rejo Agung Baru Madiun"


Writed By

Ilmal Bani Hasyim



Minggu, 22 Juli 2012

SEBUAH PERJALANAN HIDUP (SECRETS FOR MY LIFE)

Aku sering berpikir..
Untuk apa aku hidup..???
Dari kecil mengenyam pendidikan dan pengalaman hidup..
Dan..
Sampai akhirnya saat dewasa mendapat gelar Akademis..
Begitu banyak waktu yang tersita..
Untuk belajar, belajar dan belajar..
Pendidikan dan pengalaman hidup yang telah dijalani pun telah banyak menanamkan berbagai aneka rasa dalam hidup..
Dari sana tercipta disiplin, kehidupan bermasyarakat dan meningkatkan intelektualitas diri..
Setelah semuanya telah didapatkan..
Kemanakah arah hidup ini..??
Merintis karir yang profesionalisme..??
Tapi mau jadi apa diri ini..??
Karyawan atau wirausaha, atau malah jadi pengangguran sejati kah..??
Semua hal tadi merupakan pilihan yang masih bingung untuk diberi jawaban..
Tak tahu apakah akan malah tenggelam dalam keterpurukan..??
Atau malah menuai karir yang melonjak..
Pada akhirnya menghasilkan banyak uang..??
Waktu pasti terus berlalu..
Dan..
Akan cepat berlalu..
Otomatis akan muncul target-target baru..
Ketika pada saatnya dipertemukan dengan seorang belahan jiwa..
Kemudian sepakat arungi bahtera menuju Mawaddah Wa Rahmah..
Ketika pada saatnya diberikan sebuah amanah..
Sang Penerus Generasi pun telah lahir..
Dengan tangisan gembira di dunia..
Telah lahirnya Sang Penerus Generasi ini..
Memanglah sebuah anugerah dan rejeki..
Tapi sadar bahwa akan muncul..
Muncul masalah-masalah hidup yang lebih kompleks lagi pastinya..
Mendaki tangga hidup yang mau tidak mau harus dipanjat..
Dan..
Akan lebih memanfaatkan waktu sebaik mungkin..
Kaya dan miskin pun jadi pilihan kembali..
Tetapi usaha dan doa tetap prioritas utama..
Mungkin sampai saatnya timbul sebuah keadaan perasaan..
“Waktu Cepat Berlalu”..
Usia pun mulai menua..
Dan..
Daya tahan dan kekuaatan tubuh pun mulai berkurang..
Mungkin akan tinggal menunggu waktu..
Waktu yang dijanjikan pasti akan tiba..
Akan putuslah semua hubungan sana sini..
Harapan terbesar pun terletak pada “Sang Penerus Generasi”.
Dia otomatis akan mengambil alih tongkat estafet.
Untuk terus menghasilkan..
Penerus – penerus generasi Bani Hasyim yang handal.
Writed by :

Ilmal Bani Hasyim

SEBUAH MOTIVASI UNTUK TERUS BERAKSI

Jogjakarta, 23 Juli 2012
Berusaha hidup dengan enjoy seberat apapun cobaan hidup yang menerpa..
Hargai diri sendiri, hargai orang lain, dan bertanggung jawab atas segala tindakan..
Banyak memanfaatkan waktu untuk interaksi..
Berinteraksi segalanya dengan penuh kehangatan dengan menambahkan terus porsi kasih sayang..
Menciptakan win win solution dalam setiap pemecahan masalah adalah tindakan seorang individu yang bijak..
Jangan mudah digoyang, putus asa dan rendah diri..
Terus ucapkan kata-kata yang baik-baik saja..
Selalu ciptakan suasana saling berbagi..
Terkadang anggap saja bahwa waktu tidak dapat menghentikan segalanya..
Munculkan ide-ide terbaik..
 Dan..
Jangan lupa tetap berusaha dan berdoa padaNya..

Writed by :


Ilmal Bani Hasyim

PERTANYAAN-PERTANYAAN SEORANG ANAK BANGSA

“This questions and statements only to reflect and to act for all people”.
Apa sebenarnya perbedaan antara negara berkembang (miskin) dengan negara maju (kaya)..???
Sebenarnya bila dilakukan sebuah pengamatan lebih dalam sebutan negara berkembang itu secara halus bahwa menyebut sebuah negara itu adalah termasuk negara Miskin. Berbeda hal nya apabila ada sebuah sebutan tentang negara yang menyebut negara makmur. Kalimat ini adalah kalimat yang punya arti yang sebenarnya.
Bila dilakukan sebuah pengamatan lebih dalam lagi pada kenyataan yang ada saat ini, negara yang maju itu tidak tergantung pada umur peradaban negara tersebut.
Contoh : Negara Mesir dan India
Kedua negara ini memiliki peradaban yang telah ada lebih dari 200 tahun tapi mengapa kedua negara ini tetap pada golongan negara berkembang (miskin). Apabila dibandingkan beberapa negara pada beberapa sisi yang mencolok.
Contoh : Singapura, Kanada, Australia dan Selandia Baru.
Beberapa negara ini memiliki peradaban yang kurang dari 150 tahun tapi mengapa kedua negara ini tetap pada golongan negara maju (kaya). Bahkan beberapa negara ini menjadi magnet terbesar di dunia dan seluruh penduduknya tidak lagi hidup miskin.
Sebuah pertanyaan lagi yang muncul..??
Apakah ketersediaan Sumber Daya Alam dari suatu negara menjadi jaminan negara itu menjadi miskin ataupun kaya..
Mungkin sulit untuk menjawab “Iya”
Coba lihat negara Jepang. Negara ini memiliki area yang sangat terbatas. Daratannya 80 % berupa pegunungan dan tidak cukup untuk meningkatkan sektor pertanian dan peternakan tetapi saat ini Jepang menjadi salah satu negara raksasa ekonomi dunia. Bila diibaratkan Jepang merupakan negara “Industri Terapung” yang giat sekali melakukan impor bahan baku dari berbagai yang ada di dunia dan melakukan pengolahan bahan baku tersebut menjadi bahan jadi yang bernilai jual tinggi dan kembali mengekspornya ke negara-negara eksportir tersebut.
Saya juga mencoba memberikan sebuah referensi negara lainnya.
Contoh : Swiss
Negara ini tidak memiliki perkebunan kakao yang merupakan bahan baku pembuat coklat tetapi negara ini mampu menjadi negara pembuat coklat terbaik di dunia. Swiss memiliki areal pertanian yang sangat kecil hanya 11 % daratannya yang dapat dimanfaatkan menjadi industri bahakn baku pertanian dan peternakan yang unggulan. Negara ini juga menjadi negara pengolahan susudengan kualitas terbaik. Selain itu negara ini tidak memiliki reputasi dalam keamanan, integritas, dan ketertiban yang cukup mencolok tetapi saat ini bank-bank yang ada di Swiss menjadi bank yang sangat disukai setiap orang yang ada di dunia untuk berinvestasi di seluruh dunia.
Muncul lagi pertanyaan...??
Apakah bila dikaitkan pada faktor ras ataupun warna kulit dijadikan faktor penentu jaminan negara itu menjadi miskin..??
Jawabnya :
Ini bukan merupakan faktor terpenting. Banyak para imigran kulit hitam yang dinyatakan pemalas di negara asalnya ternyata menjadi orang yang berpengaruh dan menjadi sumber pemasukan yang sangat produktif di negara –negara maju (kaya) di benua Eropa dan Amerika.
Contoh : Barack Obama yang menjadi presiden kulit hitam pertama di negara 
   mayoritas berbangsa kulit putih, yakni Amerika Serikat.
Pernyataan-pernyataan dalam kenyataan yang ada :
“Mungkin semua para eksekutif dari berbagai negara maju yang berkomunikasi dengan temannya yang berada di negara terbelakang akan sepakat bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan dalam hal kecerdasan”.
“Mungkin ada sebuah perbedaan yang bisa dibuat untuk membedakan hal-hal diatas.  Perbedaan terletak pada sikap dan perilaku masyarakatnya yang telah terbentuk sepanjang tahun melalui KEBUDAYAAN dan PENDIDIKAN”.
Berdasarkan pada sebuah referensi dalam analisis atas perilaku masyarakat di suatu negara maju ternyata bahwa mayoritas penduduknya sehari-hari mematuhi prinsip-prinsip dasar kehidupan. Prinsip dasar yang mereka patuhi itu antara lain :
1.      Etika, merupakan prinsip dasar dalam kehidupan sehari-hari.
2.      Kejujuran dan integritas.
3.      Bertanggung jawab.
4.      Hormat dan patuh pada aturan dan hukum yang ada.
5.      Hormat pada hak orang lain.
6.      Cinta pada pekerjaan.
7.      Berusaha menabung dan investasi.
8.      Mau bekerja keras.
9.      Tepat waktu.
Sebenarnya kita bukan miskin (keterbelakang) karena kurangnya Sumber Daya Alam yang ada pada kita. Mungkin bisa jadi kita menjadi terbelakang/lemah/miskin akibat perilaku yang kurang antusiasnya kemauan untuk mematuhi dan menerapkan prinsip-prinsip dasar kehidupan yang ada. Semua masyarakat harus berperan sama pantas dalam membangun masyarakat, ekomoni dan kebudayaan.
Sebuah pertanyaan terakhir yang sedikit menggelitik..??
Apakah negara kita akan tetap berlanjut dalam kemiskinan dan akan menjadi negara lebih miskin lagi..??
Mungkin untuk menjawab pertanyaan yang satu ini semua sepakat belum bisa menjawab “tidak” ataupun “iya” karena dapat menimbulkan berbagai keadaan perasaan antara pesimis dan semangat.
 Tetapi untuk semua hal-hal tadi dapat bisa menjadikan refleksi dan tindakan diri masing-masing individu. Yang jelas keinginan kita untuk berubah dan bertindak di mulai dari diri kita masing-masing.
In so many references
Writed by :

 Ilmal Bani Hasyim

ADA 9 TANDA CINTA DAN BENCI DARI SEBUAH REFERENSI YANG PERNAH KU BACA DAN PERNAH JUGA KU RASAKAN



Ada 9 Tanda Cinta :
  1. Selalu ingin memberi.
  2. Selalu khawatir yang dicintai akan kekurangannya.
  3. Selalu siap melindungi dan berkorban.
  4. Selau ingin mencukupi kebutuhan.
  5. Selalu rindu ingin bertemu.
  6. Selalu ingin berkomunikasi.
  7. Senang jika diminta dan diandalkan.
  8. Segera meminta maaf bila berbuat kesalahan.
  9. Takut kehilangan dia.

9 Tanda Benci :
  1. Lebih suka meminta pertolongan kepada yang lain.
  2. Berpaling mencintai yang lain.
  3. Tidak mau menerima pemberian.
  4. Tidak menghargai pemberian
  5. Tidak mau menjawab semua komunikasi.
  6. Tidak mau meminta langsung.
  7. Menolak ajakan.
  8. Tidak meminta maaf atas kesalahan.
  9. Mengulangi terus perbuatan yang dibenci.

Writed by :
  •  
Ilmal Bani Hasyim

Sabtu, 14 Juli 2012

KONTRIBUSI USAHA BUDIDAYA TEBU RAKYAT DI JAWA TIMUR DALAM MENINGKATKAN INDUSTRI GULA BERBASIS TEBU DI INDONESIA

Tanaman tebu (Saccharum officinarum L) adalah satu anggota familia rumput rumputan (Graminae) yang merupakan tanaman asli tropika basah, namun masih dapat tumbuh baik dan berkembang di daerah subtropika, pada berbagai jenis tanah dari daratan rendah hingga ketinggian 1.400 m diatas permukaan laut (dpl). Tebu merupakan salah satu komoditi perkebunan yang penting dalam pembangunan sub sektor perkebunan dan masih bertahan serta masih memiliki peranan penting dalam menentukan konsumsi pangan bangsa Indonesia. Tanaman tebu merupakan salah satu komoditas unggulan perkebunan yang menjadi salah satu tanaman unggulan selain Kelapa Sawit, Karet, Teh, Kopi dan Kakao.Usaha budidaya tebu dapat dilakukan pada lahan sawah irigasi dan tadah hujan serta pada lahan kering/tegalan, dengan sistem TS (Tebu Sendiri) atau TR (Tebu Rakyat). Hal penting yang perlu diperhatikan dalam pengembangan usaha industri gula berbasis tebu antara lain pengelolaan pada aspek on-farm yakni penerapan kaidah teknologi budidaya yang baik dan benar mulai dari persiapan lahan, pengolahan dan penanaman yang mengikuti kaidah masa tanam optimal, pemilihan dan komposisi varietas bibit unggul bermutu dalam penggunaannya, pemeliharaan dan tebang angkut.


Secara umum, ada dua tipe pengelolaan pengusahaan tanaman tebu. Untuk Pabrik Gula (PG) swasta, kebun tebu dikelola dengan menggunakan manajemen perusahaan perkebunan (Estate) dimana Pabrik Gula sekaligus memiliki lahan HGU (Hak Guna Usaha) untuk pertanaman tebunya. Untuk Pabrik Gula milik BUMN, terutama yang berlokasi di Jawa, sebagian besar tanaman tebu dikelola oleh rakyat. Pabrik Gula di Jawa umumnya melakukan hubungan kemitraan dengan petani tebu. Secara umum, Pabrik Gula lebih berkonsentrasi pada pengolahan, sedangkan petani sebagai pemasok bahan baku tebu. Selain secara ekonomis, juga dapat diamati terus pengembangan perkebunan tebu melalui usaha-usahanya yang telah mampu membuka peluang lapangan pekerjaan besar bagi tenaga kerja daerah. 


Sejalan dengan revitalisasi sektor pertanian, industri gula nasional, atau industri gula berbasis tebu secara umum, harus melakukan revitalisasi. Untuk mewujudkan hal tersebut, peningkatan investasi merupakan suatu syarat keharusan dan investasi pada industri gula berbasis tebu yang sebenarnya cukup prospektif. Secara keseluruhan, lahan perkebunan tebu di Indonesia saat ini mencapai kurang lebih 400.000 hektar sekitar 95% yang berada di Jawa dan Sumatera sisanya berada di Sulawesi dan daerah di Indonesia yang memiliki proporsi lahan tebu terluas terletak di provinsi Jawa Timur. Menurut sumber BKPM tahun 2008, total luas lahan tebu di Jawa Timur seluas 171.915 hektar yang saat ini merupakan sentra gula terbesar di Indonesia. Dari data Departemen Perindustrian bahwa pada tahun 2008 Indonesia memiliki 58 Pabrik Gula (PG), dimana 31 Pabrik Gula tersebut beroperasi di wilayah Jawa Timur dengan kapasitas giling total mencapai 86.278 TCD (Ton Canes per Day).                             


Dari sinilah yang menjadi faktor penting mengapa eksistensi tebu khususnya di Jawa Timur perlu terus dikembangkan khususnya dalam teknis budidaya dan manajemen pengelolaan kebun oleh seluruh stakeholder perkebunan tebu sehingga ke depan dapat terus menjadi komoditas unggulan. Dengan parameter utama berupa peningkatan kontribusi sektor perkebunan terhadap pertumbuhan perekonomian. Sampai saat ini perkembangan kinerja tebu Indonesia sebenarnya cukup memprihatinkan yang ditandai terjadinya penurunan areal, kenaikan biaya produksi, mutu tebu rakyat yang masih rendah dan belum memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI), mesin dan peralatan serta harga tebu ditingkat petani yang masih rendah akibat belum efisiensinya tataniaga tebu secara maksimal. Permasalahan yang dihadapai perkebunan tebu yang lain yakni skala usaha nasional mencakup seluruh subsistem, mulai dari usahatani sampai dengan pemasaran. Berbagai upaya perbaikan harus dilakukan di setiap subsistem secara komprehensip dan terintegrasi sangat penting dalam pembangunan perkebunan khususnya dalam kegiatan manajemen budidaya tebu 


Hal ni dapat menjadi acuan pada setiap pihak untuk terus mengembangkan industri gula berbasis tebu. Dengan demikian maka akan menjadi tolak ukur dukungan mengenai kebijakan dan program ketahanan pangan gula untuk mempercepat investasi pada industri berbasis gula serta meningkatkan kesejahteraan petani tebu.       




Writed by :
Ilmal Bani Hasyim