Selasa, 14 Februari 2012

PENGENDALIAN HAMA ULAT JENGKAL (Hyposindra talaca) PADA TANAMAN TEH DI KEBUN GUNUNG MAS PT PERKEBUNAN NUSANTARA VIII, CISARUA-BOGOR, JAWA BARAT

            Hama adalah semua hewan atau organisme yang mengambil, memakan dan merusak secara langsung bagian tanaman. Hama merupakan permasalahan yang terbesar dalam setiap kegiatan budidaya tanaman. Konsep pengendalian hama erat kaitannya dengan manajemen krisis. Pengendalian hama memiliki sifat dan ciri yang khas pada setiap kegiatannya. Faktor lingkungan seperti iklim, kesehatan tanaman, dan pertumbuhan gulma sangat erat kaitannya dengan tingkat serangan hama.
Pada permasalahan hama merupakan salah satu permasalahan yang sampai saat ini menimpa Kebun Gunung Mas. Hama yang sering dijumpai pada tanaman teh di Kebun Gunung Mas salah satunya adalah serangan hama Ulat Jengkal (Hyposindra talaca). Ulat jengkal mempunyai pengaruh besar dalam penurunan produksi tanaman teh di Kebun Gunung Mas baik pada tanaman belum menghasilkan maupun tanaman menghasilkan.
Serangan hama ulat jengkal dapat terjadi sepanjang tahun. Serangan ini dapat meningkat jika kondisi lingkungan mendukung seperti pada musim kemarau. Kerugian yang ditimbulkan adalah berkurangnya produksi pucuk dan Pengendalian yang dapat dilakukan dengan cara sanitasi dan kimiawi.
Tingkat serangan sulit diukur dalam satu blok dan bisa mencapai 100% jika tidak dilakukan pengendalian yang intensif. Ulat Jengkal dewasa akan mengalami metamorfosa dan berubah menjadi kupu-kupu. Seekor kupu-kupu dapat menghasilkan telur dalam jumlah banyak dan setelah beberapa hari menetas menjadi ulat jengkal.
Ulat jengkal dapat menyerang tanaman teh pada daun muda, pucuk, dan daun tua. Daun tua yang terserang akan bergerigi (permukaannya tidak rata) atau berlubang. Pada serangan yang berat tanaman menjadi tidak berdaun sama sekali dan yang tertinggal hanya ranting saja. Serangan dapat terjadi di persemaian, tanaman yang baru dipangkas dan umumnya pada tanamn teh yang sudah produktif.
Masalah yang paling besar yang dihadapi oleh Kebun Gunung Mas adalah serangan hama Ulat Jengkal. Kebun Gunung Mas dapat dikatakan salah satu perkebunan di PT Perkebunan Nusantara VIII dengan tingkat serangan hama yang tinggi khususnya hama pada hama Ulat Jengkal dikarenakan letaknya pada dataran tinggi sedang yaitu berada pada ketinggian 800 – 1200 m diatas permukaan laut (dpl) dan lokasi kebun berada tidak jauh dari kota dan keramaian yang berpotensi mendatangkan banyak pengunjung sehingga dapat berpotensi mempercepat perkembangan hama oleh karena itu perkebunan ini sangat bermasalah dengan hama pada tanaman teh yang dibudidayakannya.    
Kebun Gunung Mas telah mengusahakan berbagai cara seperti dengan cara memberantas secara kuratif, dengan insektisida digunakan dosis 0,50 liter/Ha, dengan membersihkan serasah dan gulma di bawah perdu teh, mengambil dan memusnahkan kepompong yang terdapat di bawah perdu teh, memberikan pupuk yang berimbang, dan lain sebagainya. 
Untuk pengamatan hama yang dilakukan pada Kebun Gunung Mas dilakukan dengan cara pola zig-zag, mendatar, dan acak. Cara ini dilakukan dengan mengambil petak contoh areal yang teserang seluas 5 Ha. Selanjutnya dari 5 Ha diambil 5 petak contoh serangan hama dan penyakit kemudian dalam 5 petak contoh tersebut dilakukan pengambilan 5 pohon contoh yang terserang hama dan penyakit. Setelah didapatkan hasil analisa pengamatan serangan kemudian dideteksi ciri – ciri hama dan penyakit yang menyerang sehingga dapat disediakan obat pengendalian yang tepat. 
Pada pengendalian hama Ulat Jengkal di Kebun Gunung Mas yang khas adalah dengan sebuah pola pengendalian hama khususnya pada hama Ulat Jengkal yakni dengan cara pola pengendalian dari bawah menuju atas (Down to Up) yang didasarkan pada arah tiupan angin. 
Pada umumnya angin yang berasal dari dataran rendah membawa udara panas dan kering. Hal ini seringkali berpengaruh buruk terhadap pertumbuhan tanaman teh. Angin mempengaruhi kelembaban udara serta terhadap penyebaran hama dan penyakit (Syamsulbahri, 1996). 
Pola pengendalian ini hama semacam ini dilakukan pada prioritas blok-blok yang terserang hama harus diutamakan pengendaliannya di areal sebelah bawah (Down) karena hama akan lebih dominan berada di areal sebelah bawah yang dipengaruhi oleh pergerakan angin yang terdapat pada dataran tinggi yang bertiup dari bawah menuju ke arah atas. Kemudian blok-blok yang pertama dilakukan pengendalian hama adalah blok di areal bagian bawah karena pada bagian ini dapat menyebarkan hama yang lebih cepat dibandingkan areal blog lainnya.
Selain itu beberapa sumber hama juga terdapat pada batang pohon pelindung tetap jenis Silver Oak yang di tanam di areal tanaman teh menghasilkan. Penanaman pohon pelindung jenis ini memiliki kelemahan karena pada batang pohon ini sering menjadi sarang bertelurnya kupu-kupu ulat jengkal sehingga keberadaannya sering diantisipasi.
Cara pengendalian ulat jengkal yang lain adalah dengan cara pembungkus batang pohon Silver Oak yang ada di areal pinggiran kebun yang berada dekat dengan jalan kebun karena mencegah persebaran kupu-kupu yang bertelur di batang pohon Silver Oak yang berada ke tanaman teh di bagian dalam lahan kebun. 
Pembungkusan batang pohon seperti ini dikatakan efektif mengurangi perkembangan kupu-kupu yang bertelur sampai 50-60 % sehingga akan menekan perkembangan fase hama ulat berikutnya (Sinder Afdeling Gunung Mas I, 2011).

Writed By :

                  Ilmal Bani Hasyim 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar