Jumat, 29 Juni 2012

POROSITAS TANAH


LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM DASAR-DASAR ILMU TANAH
ACARA V
POROSITAS TANAH


OLEH
   ILMAL BANI HASYIM
    09.04.3634

BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN
  POLITEKNIK LPP
    YOGYAKARTA
  2010



ACARA V POROSITAS TANAH

A.   TUJUAN
1.      Menetapkan kerapatan massa tanah (Berat Volume)
2.      Menetapkan kerapatan butir tanah ( Berat Jenis)
3.      Menetapkan porositas total tanah (n)

B.   ALAT DAN BAHAN
a.      Alat
-          Cawan pemanas lilin
-          Lampu spritus
-          Penumpu kaki tiga
-          Gelas ukur
-          Thermometer
-          Botol piknometer
-          Kawat pengaduk
-          Pipit ukur
b.      Bahan
-          Aquadest
-          Tanah grumusol
-          Cairan lilin

C.   CARA KERJA
Mencari kerapatan butir tanah (BJ) yaitu:
1.      Menimbang botol piknometer yang kosong ditimbang (misal a gram)
2.      Botol piknometer kemudian diisi dengan sample tanah sampai 2/3 bagian, kemudian ditutup rapat dan ditimbang (missal b gram)
3.      Masukkan aquadest/air sampai dengan 50 % volume botol, kemudian diaduk dengan menggunakan pengaduk kawat yang bertujuan agar mengusir udara yang ada di dalam agregat tanah. Pengadukan dilakukan sekitar 15 menit setelah itu di diamkan semalam.
4.      Tambahkan air setelah sampai penuh kemudian timbang (misal c gram).
5.      Setelah satu malam didiamkan, isi piknometer berupa sample tanah dibuang dan dibersihkan.
6.      Setelah piknometer bersih, kemudian isi dengan air sampai penuh setelah itu timbang lagi (misal d gram).
7.      Setelah semua selesai dilakukan, kemudian dilakukan perhitungan BJ (kerapatan butir tanah).

Mencari kerapatan massa tanah (BV)
1.      Mengambil bongkahan tanah seukuran jempol tangan manusia agar dapat masuk ke dalam tabung ukur dengan longgar.
2.      Berihkan permukaan gumpalan tanah tersebut dari butir-butir tanah secara hati-hati
3.      Timbang bongkahan tanah tersebut (misal a gram).
4.      Cairan lilin dipanaskan pada suhu 60º C dan diukur dengan termometer
5.      Setalah cairan lilin panasnya sudah sesuai dengan keinginan kita, kemudian bongkahan tanah dicelupkan ke dalam cairan lilin tersebut selama ± 5 detik, keluarkan dan biarkan dingin sebentar ± 2 menit
6.      Setelah bongkahan berlilin tersebut dingin, kemudian timbang (misal b garam).
7.      Isi gelas ukur volume 100 mm/cc dengan aquadest sebanyak 50 cc
8.      Masukkan bongkahan tanah berlilin tadi ke dalam gelas ukur yang berisi air tadi kemudian catat volume air.
9.      Setelah itu bersihkan gelas ukur.

D.   HASIL PENGAMATAN
I.       Perhitungan kerapatan butir tanah (BJ) tanah grumusol
a)      Botol piknometer no. I kosong (a)            = 22,18 gram
b)      Botol piknometer no.I + tanah (b)            = 39,49 gram
c)      Botol piknometer no. I + tanah (c)           = 83,74 gram
d)     Botol piknometer no. I + air      (d)           = 76.74 gram

II. Penetapan kerapan massa tanah (BV) secara tidak langsung grumusol
      Gelas Arloji                 = 47,73 gram
      Gelas Arloji + tanah    = 53,39 gram
a.       Bongkahan tanah + benang    (a)        = 5,63 gram
b.      Bongkahan tanah + lilin          (b)        = 7,049 gram
c.       Volume tanah + lilin               (c)        = 4 ml


E.   PEMBAHASAN
Porositas tanah merupakan perbandingan antara volume pori tanah dengan volume total tanah, yaitu menunjukkan kombinasi atau susunan partikel-partikel tanah primer (pasir, debu, dan liat) sampai pada partikel sekunder disebut juga agregat. Struktur dapat mengubah pengaruh tekstur dengan memperlihatkan hubungan kelembaban dengan udara.
Porositas total tanah juga dapat dikatakan struktur tanah merupakan gumpalan kecil dari butir-butir tanah. Gumpalan ini terjadi karena butir-butir pasir, debu dan liat terikat satu sama lain oleh perekat seperti bahan organic, oksida-oksida besi dan lain-lain. Gumpalan –gumpalan mempunyai bentuk, ukuran, kemantapan yang berbeda-beda (Hardjowigeno, 1987).
Ketersediaan oksigen dan pengeluaran karbondioksida dari daerah perakaran agar dapat tumbuh dengan baik. Pentingnya aerasi sebagai salah satu faktor yang sangat menentukan pertumbuhan tanaman. Aerasi tanah merupakan hasil masuknya oksigen dari udara melalui ruang pori tanah ke dalam air tanah untuk menggantikan oksigen yang digunakan oleh tanaman serta jasad hidup dalam tanah dan keluarnya karbondioksida yang dihasilkan jasad hidup dari tanah ke atmosfer.
Tanah yang baik adalah tanah yang mengandung udara dan airnya dalam jumlah cukup dan seimbang serta mantap. Hal ini hanya terdapat pada struktur tanah yang ruang pori-porinya besar, dengan perbandingan yang sama antara pori-pori makro dan mikro serta tahan pukulan tetes-tetes air hujan. Dikatakan pula yang paling baik adalah bila perbandingan sama antara padatan air dan udara (Suhaidi, 1996).
Praktikum Dasar-dasar Ilmu Tanah yang berjudul “Porosits Tanah” dilaksanakan pada hari Rabu, 5 Mei 2010 pukul 13.00 WIB dilaboratorium Tanah dan Pupuk Lembaga Pendidikan Perkebunan, Yogyakarta. Dalam acara ini ada 3 perlakuan dan masing-masing memiliki bahan dan alat yang berbeda. Ketiga perlakuan itu adalah mencari kerapatan massa tanah (BV), kerapatan butir tanah (BJ), dan porositas total tanah (n).
a.       Kerapatan butir tanah (BJ)
Dalam percobaan ini bahan yang digunakan adalah tanah grumusol lolos saring 2 mm serta alat yang digunakan berupa botol piknometer, kawat pengaduk, dan termometer. Cara kerja pertama-tama yaitu piknometer kosong yang telah ditutup rapat ditimbang (27,18 gram). Kemudian Botol piknometer kemudian diisi dengan sample tanah sampai 2/3 bagian, kemudian ditutup rapat dan ditimbang (39,49 gram). Masukkan aquadest/air sampai dengan 50 % volume botol, kemudian diaduk dengan menggunakan pengaduk kawat yang bertujuan agar mengusir udara yang ada di dalam agregat tanah. Pengadukan dilakukan sekitar 15 menit, tambahkan air setelah sampai penuh kemudian timbang (83,74 gram), setelah itu didiamkan semalam.
Setelah satu malam didiamkan isi piknometer dibuang dan dibersihkan. Piknometer didisi dengan aquadest sanpai penuh dan menyumbatnya. Diamati, air harus mengisi pipa kapiler sumbat. Permukaan luar pikno dikeringkan dengan tisu dan piknometer yang berisi air ditimbang (76,07 gram). Kemudian piknometer dibersihkan dan dilakukan perhitungan BV tanah.
b.      Kerapatan massa tanah (BV)
Pada praktikum ini digunakan bahan berupa contoh tanah gumpalan kering, juga digunakan alat-alat berupa cawan pemanas lilin, lampu spritus, penumpu kaki, tabung ukur, termometer. Pertama-tama sebongkah tanah diambil dan dibuat seperti bola dengan sedemikian sehingga dapat masuk ke dalam tabung ukur dengan longgar permukaannya dibersihkan dari butir-butir tanah yang menempel. Tanah diikat dengan benang sehingga dapat digantung, kemudian ditimbang (5,63 gram). Kemudian lilin dicairkan dalam cawan pemanas, kemudian suhunya diukur dengan termometer. Bongkahan tanah dicelupkan ke dalam lilin pada suhu 60º C selama ± 5 detik (apabila suhu terlalu panas lilin dapat masuk ke dalam pori-pori tanah, apabila terlalu lama pelapisan akan terlalu tebal). Lilin dipastikan betul-betul menutupi permukaan bongkahan. Setelah itu bongkahan yang berlilin ditimbang setelah didinginkan beberapa saat (7,049 gram). Setelah bongkahan berlilin tersebut dingin, kemudian timbang (misal b garam).Isi gelas ukur volume 100 mm/cc dengan aquadest sebanyak 50 cc. Masukkan bongkahan tanah berlilin tadi ke dalam gelas ukur yang berisi air tadi kemudian catat volume air kemudian diangkat dan bersihkan gelas ukur. Setalah itu menghitung porositas total tanah (n) yang merupakan volume pori-pori yang ada di dalam tanah terhadap volume total bongkahan tanah. Porositas total tanah dapat diperoleh dari BV dan BJ.
Adapun yang mempengaruhi porositas total tanah diantaranya adalah peredaran udara, tata air, ketersediaan unsur hara, populasi dan aktivitas mikrobia, penetrasi akar tanaman, dan juga perombakan organik.
 Dalam menentukan porositas total tanah dilakukna kegiatan yang meliputi pengambilan contoh tanah yang tidak terusik dan penetapan lengas dari contoh tanah tersebut. Dalam praktikum ini, pertama dilakukan pengambilan contoh tanah yang tidak terusik. Contoh tanah yang tidak terusik selalu diambil dengan wadah yang memiliki volume tetap dan telah diketahui. Dengan menimbang contoh tanah tersebut (lewat volume yang telah diketahui sebelumnya) dan kandungan lengas, kerapatan lengas, dan kerapatan bongkah harus diketahui.
Perhitungan kerapatan massa tanah (BV) digunakan gumpalan tanah kering udara yang permukaannya telah ditutup lilin. Dengan menggunakan metode perhitungan berat batu dengan cara menghitung selisih volume cair batu yang diselimuti lilin dengan berat lilin yang menyelimuti. Volume cair bongkahan yang diselimuti lilin didapat dari selisih volume air dalam tabung ukur 50 cc dengan rumus volume cair bongkahan tanah setelah dicelupkan pada lilin. Penggunaan lilin pada suhu 60º C bertujuan untuk menutupi pori-porinya. Bongkahan tanah juga tidak boleh terlalu lama dicelupkan ke dalam lilin, karena pencelupan yang terlalu lama dapat mengakibatkan pelapisan yang terlalu tebal.
           Dari hasil percobaan didapat bahwa tanah grumusol memiliki BJ yaitu 2,469 g/cc, hasil perhitungan BV yaitu 2,20 g/cc dan dari hasil ini terlihat bahwa 2,46 >2,20. Sehingga dari hasil percobaan ini sesuai dengan bunyi BJ >BV serta menunjukan porositas total tanah grumosol (n) adalah 10,6%. Perbandingan besar dan kecil porositas tanah terlihat pada bunyi “semakin besar porositas tanah maka daya serap air akan semakin besar dan semakin kecil porositas tanah maka akan semakin kecil pula daya serap air”. Dalam praktikum ini tanah grumusol memiliki porositas yang kecil.


KESIMPULAN
1        Porositas tanah merupakan perbandingan antara volume pori tanah dengan volume total  tanah.
2.      Dari hasil percobaan didapat bahwa perhitungan tanah grumusol menunjukan kesesuain dengan hukum BJ >BV.
3.      Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai BV dan BJ adalah tekstur tanah dan bahan organik tanah serta susunan mineralnya.
4.      Semakin besar porositas tanah maka daya serap air akan semakin besar dan semakin kecil porositas tanah maka akan semakin kecil pula daya serap air.



DAFTAR PUSTAKA


Hardjowigeno, S. 1987. Ilmu-Ilmu Tanah Perguruan Tinggi. Medyatama Sarana Perkasa.
              Jakarta.

Suhardi, 1983. Dasar-Dasar Bercocok Tanam. Kanisius Yogyakarta.

http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid. Diakses Selasa, 25 Mei 2010.



























Tidak ada komentar:

Posting Komentar