Sabtu, 28 Juli 2012

OPTIMALISASI KEGIATAN PENCARIAN LAHAN AKIBAT TINGGINYA HARGA SEWA LAHAN PADA TANAMAN TEBU SENDIRI (TRK-SU)



    Pabrik Gula yang berada di pulau Jawa merupakan industri yang unik, karena hasil produksi gula berasal dari tebu, yang luasan tanahnya sebagian tidak sepenuhnya dimiliki oleh pabrik gula. Di pulau Jawa areal tanah yang ditanami tebu sebagian besar menyewa dari petani, yang berada di sekeliling komplek pabrik gula. Saat ini harga sewa lahan di beberapa wilayah di Karisidenan Madiun sudah mencapai Rp. 15.000.000 per hektar. Padahal dulu harga sewa hanya sekistar Rp. 10.000.000 hingga Rp. 12.000.000 di lahan yang sama. Tingginya biaya sewa tersebut akibat ketatnya kompetisi dalam pengunaan lahan.                                                                                                                                                                        
Selain itu makin banyaknya komoditas pertanian yang menjanjikan pendapatan dan profit lebih baik disertai umur tanaman yang lebih pendek. Beberapa komoditas agribisnis tersebut diantaranya adalah komoditas padi dan palawija yang secara relatif hanya memerlukan waktu sekitar 3 - 4 bulan saja yang setidaknya lebih cepat dipanen dibanding tebu yang harus dikelola selama setahun. Inilah beberapa faktor di sisi on farm yang menjadikan lahan sewaan untuk budidaya tebu tidak lagi memiliki daya saing tinggi terhadap berbagai komoditas pertanian lainnya.                                                                                   
Pabrik Gula Rejo Agung Baru sampai saat ini masih menggunakan lahan sewaan dari masyarakat untuk kegiatan budidaya tebu sendiri (TR-KSU) dan KBD serta tebu yang akan digiling (KTG). Umumnya lahan akan berselang seling ditanami oleh komoditi tebu dan padi secara bergiliran. Untuk mengatasi kekurangan lahan, Pabrik Gula Rejo Agung Baru mengoptimalkan berbagai pola pencarian lahan yang sedikit berbeda, khususnya dilakukan oleh Sinder Kebun Kepala (SKK), Sinder Kebun Wilayah (SKW) dan Petugas Lapangan Pabrik Gula (PLPG).
Sebenarnya proses mendapatkan lahan sewaan dari petani pada beberapa puluh tahun lalu tidak mengalami banyak kendala, karena ikatan hubungan yang istimewa antara petani dengan Pabrik Gula Rejo Agung Baru serta masih berjalannya program pemerintah yaitu Tebu Rakyat Intensifikasi (TRI) yang mewajibkan setiap pemerintah daerah menyediakan lahan yang digunakan untuk kegiatan budidaya tebu. Dihapuskannya program Tebu Rakyat Intensifikasi (TRI) dari pemerintah maka saat ini semakin mempersulit mendapatkan lahan untuk tanaman tebu. Hal ini ditambah lagi dengan kegunaan lahan yang ada sekarang banyak yang telah mengalami alih fungsi.                                                            
Pencarian lahan dengan menerapkan penyuluhan secara konvesional, yaitu dengan melakukan penyuluhan-penyuluhan di desa-desa dengan Pemerintah/Kepala Desa dengan melakukan lobi-lobi untuk meminta dukungan dari Bupati, Camat, dan Lurah tidak lagi dilakukan secara intensif karena mulai tidak efektif. Saat ini pihak pabrik gula melakukan beberapa metode yang dianggap lebih mudah dan lebih cepat dalam proses pencarian dan mendapatkan lahan sewaan. Pabrik gula saat ini lebih sering melakukan pola penyuluhan baru yang dilakukan secara praktis yang berbeda dengan cara sebelumnya. Pihak pabrik gula lebih sering datang langsung ke rumah-rumah pemilik lahan (door to door) tanpa kenal waktu dengan mulai melakukan kegiatan pendekatan kekeluargaan yang tidak membutuhkan proses birokrasi yang sulit.                            
Dengan melakukan kunjungan ke rumah-rumah petani, pihak Pabrik Gula Rejo Agung Baru juga sekalian memberikan tawaran kepada petani dengan cara memberikan kredit yang lebih mudah diakses. Umumnya berupa sewa traktor untuk pengolahan lahan, pupuk bersubsidi dan lain sebagainya. Dengan adanya kredit ini petani diharapkan tidak menyewakan lahannya pada pabrik gula yang lainnya. Selain itu juga Pabrik Gula Rejo Agung Baru berani menyewa lahan dengan harga yang cukup tinggi dibandingkan dengan pabrik-pabrik gula di Karisidenan Madiun. 
Pabrik Gula Rejo Agung Baru umumnya berani menyewa lahan hingga mencapai harga maksimal saat ini dibandingkan dengan pabrik gula yang lain yang hanya berani menyewa lahan dengan harga lama sehingga para petani lebih tertarik dalam menyewakan lahannya ke Pabrik Gula Rejo Agung Baru. Fakta di lapangan, pola yang diterapkan Pabrik Gula Rejo Agung Baru seperti ini cukup efektif. Terlihat bahwa didominasinya lahan TRK-SU dan produksi tebu yang cukup stabil dibanding pabrik-pabrik gula disekitarnya. Hal ini ditandai tidak terjadi pemberhentian aktivitas pengolahan akibat kekurangan bahan baku tebu.                                                                                


  Bab Pembahasan Tugas Akhir
Diploma 3 di Politeknik Perkebunan LPP Yogyakarta
Praktek Kerja Lapang III  :
"Manajemen Budidaya Tanaman Tebu  di PT PG Rajawali I 
(RNI Group) Pabrik Gula Rejo Agung Baru Madiun"


Writed By


Ilmal Bani Hasyim


                                                                

Tidak ada komentar:

Posting Komentar