Pabrik Gula yang berada di pulau
Jawa merupakan industri yang unik, karena hasil produksi gula berasal dari
tebu, yang luasan tanahnya sebagian tidak sepenuhnya dimiliki oleh pabrik gula. Di pulau Jawa areal tanah yang
ditanami tebu sebagian besar menyewa dari petani, yang berada di sekeliling komplek pabrik gula. Saat
ini harga sewa lahan di beberapa wilayah di Karisidenan Madiun sudah mencapai Rp. 15.000.000 per hektar. Padahal dulu harga sewa hanya sekistar Rp. 10.000.000 hingga Rp. 12.000.000 di lahan yang sama. Tingginya biaya sewa tersebut akibat
ketatnya kompetisi dalam pengunaan lahan.
Selain itu makin banyaknya komoditas pertanian yang menjanjikan pendapatan dan profit lebih baik disertai umur
tanaman yang lebih pendek. Beberapa komoditas
agribisnis tersebut diantaranya adalah komoditas padi dan palawija yang secara relatif hanya memerlukan waktu sekitar 3 - 4 bulan saja
yang setidaknya lebih cepat dipanen dibanding tebu yang harus dikelola selama setahun. Inilah
beberapa faktor di sisi on farm yang
menjadikan lahan sewaan untuk
budidaya tebu tidak lagi memiliki daya saing tinggi terhadap berbagai komoditas
pertanian lainnya.
Pabrik Gula Rejo Agung Baru sampai saat ini masih menggunakan lahan sewaan dari masyarakat untuk kegiatan budidaya tebu sendiri
(TR-KSU) dan KBD
serta tebu yang akan digiling (KTG). Umumnya lahan akan berselang seling ditanami oleh komoditi tebu dan padi secara bergiliran. Untuk mengatasi kekurangan lahan,
Pabrik Gula Rejo Agung Baru mengoptimalkan berbagai pola pencarian
lahan yang sedikit berbeda, khususnya dilakukan
oleh Sinder
Kebun Kepala (SKK), Sinder Kebun Wilayah (SKW) dan Petugas Lapangan Pabrik Gula (PLPG).
Sebenarnya proses mendapatkan lahan sewaan dari petani pada
beberapa puluh tahun lalu tidak mengalami banyak kendala, karena ikatan
hubungan yang istimewa antara petani dengan Pabrik Gula Rejo Agung Baru serta masih
berjalannya program pemerintah yaitu Tebu
Rakyat Intensifikasi (TRI)
yang mewajibkan setiap pemerintah daerah menyediakan lahan yang digunakan untuk
kegiatan budidaya tebu. Dihapuskannya program Tebu Rakyat Intensifikasi (TRI) dari
pemerintah maka saat ini semakin mempersulit mendapatkan lahan untuk tanaman tebu. Hal ini ditambah lagi dengan kegunaan lahan yang ada sekarang banyak yang telah
mengalami alih
fungsi.
Pencarian
lahan dengan menerapkan penyuluhan secara konvesional, yaitu
dengan
melakukan penyuluhan-penyuluhan di desa-desa dengan Pemerintah/Kepala
Desa dengan melakukan lobi-lobi
untuk meminta dukungan dari Bupati, Camat, dan Lurah tidak lagi dilakukan secara intensif karena mulai tidak
efektif. Saat ini pihak pabrik gula melakukan beberapa metode yang
dianggap lebih mudah dan lebih cepat dalam proses pencarian dan mendapatkan
lahan sewaan.
Pabrik gula saat ini lebih sering melakukan pola
penyuluhan baru yang dilakukan secara praktis yang berbeda dengan cara
sebelumnya. Pihak pabrik
gula lebih sering datang langsung ke rumah-rumah pemilik lahan
(door to door) tanpa kenal waktu
dengan mulai
melakukan kegiatan pendekatan kekeluargaan yang tidak membutuhkan proses
birokrasi yang sulit.
Dengan melakukan
kunjungan ke rumah-rumah petani, pihak Pabrik Gula Rejo Agung Baru juga
sekalian memberikan tawaran kepada petani dengan
cara memberikan kredit yang lebih mudah diakses. Umumnya berupa sewa traktor untuk
pengolahan lahan, pupuk
bersubsidi dan lain sebagainya.
Dengan adanya kredit ini petani diharapkan
tidak menyewakan
lahannya pada pabrik gula yang lainnya. Selain itu juga Pabrik Gula Rejo Agung Baru berani
menyewa lahan dengan harga yang cukup tinggi dibandingkan dengan pabrik-pabrik
gula di Karisidenan Madiun.
Pabrik Gula Rejo Agung Baru umumnya berani menyewa
lahan hingga mencapai harga maksimal saat ini dibandingkan dengan pabrik gula
yang lain yang hanya berani menyewa lahan dengan harga lama sehingga para
petani lebih tertarik dalam menyewakan
lahannya ke Pabrik Gula Rejo Agung Baru. Fakta
di lapangan, pola
yang diterapkan Pabrik Gula Rejo Agung Baru seperti ini cukup efektif. Terlihat
bahwa didominasinya lahan TRK-SU
dan produksi tebu yang cukup stabil dibanding pabrik-pabrik gula disekitarnya. Hal ini ditandai tidak terjadi pemberhentian
aktivitas pengolahan akibat kekurangan bahan baku tebu.
Writed By
Ilmal Bani Hasyim
Bab Pembahasan Tugas Akhir
Diploma 3 di Politeknik Perkebunan LPP Yogyakarta
Praktek Kerja Lapang III :
Praktek Kerja Lapang III :
"Manajemen Budidaya Tanaman Tebu di PT PG Rajawali I
(RNI Group) Pabrik Gula Rejo Agung Baru Madiun"
(RNI Group) Pabrik Gula Rejo Agung Baru Madiun"
Writed By
Ilmal Bani Hasyim
Tidak ada komentar:
Posting Komentar