Rabu, 01 Agustus 2012

MENGAPA NAMA BELAKANG KU "BANI HASYIM"...???



Tengku H. Syekh Muhammad Hasyim Al Kholidi Naqsabandi adalah Buyut saya atau Ayahnya dari Atok (kakek) saya yang biasa saya panggil Onyang yang merupakan satu di antara Khalifah Tariqat Naqsabandi yang pernah memimpin pusat Persulukan Tariqat (Pusat Belajar Agama Islam) di Kampung Basilam, Kabupaten Langkat Sumatera Utara. Tengku H. Syekh Muhammad Hasyim Al Kholidi Naqsabandi, dari banyak penuturan wafat di Kampung Kebun Kelapa pada 1928. Ulama kharismatik itu diperkirakan berusia 130 tahun dan dikebumikan di pemakaman keluarga, kini terletak di Gg. Keluarga Link.01, Kelurahan Tebing Tinggi, Kecamatan Padang Hilir. Tengku Muhammad Hasyim dilahirkan di Bandar Khalifah sekitar tahun 1792 dari keluarga Kerajaan Melayu Padang berpusat di Tebing Tinggi. Ayahnya bernama Tengku Abdullah, bangsawan dari Kerajaan Johor, Malaysia. Sedangkan Pak Cik beliau, merupakan Raja Kerajaan Padang ke-12 bernama Raja Tebing Pengeran yang gugur akibat pengkhianatan dalam perang melawan Kerajaan Bedagai.
Raja Tebing Pangeran dalam literature terbatas, dikenal sebagai pemberi nama dan pendiri Kota Tebing Tinggi. Di masa kekuasaannya, berdiri Pelabuhan Sungai di tepian Sungai Padang tepatnya di Muara Sungai Bahilang. Pangkalan ini diberi nama sesuai dengan nama pendirinya, yakni Pangkalan Tebing dan namanya berkembang menjadi nama sebuah kota yang menjadi bagian dari salah satu kota di Provinsi Sumatera Utara sampai saat ini. Pasca wafatnya Raja Tebing Pengeran, tampuk kekuasaan Kerajaan Melayu Padang dikendalikan Etnis Simalungun. Gejolak politik kerajaan itu, telah meminggirkan hak-hak politik dari warga Melayu pesisir, sehingga banyak di antaranya yang beralih perhatian dengan mendalami agama Islam dan menjadi ulama. Salah satunya adalah Tengku Muhammad Hasyim yang saat itu masih berusia muda. Dia mendalami ilmu Tariqat dari aliran Naqsabandiyah di Basilam, hingga kemudian sempat memimpin Persulukan ini.
Tengku H. Syekh Muhammad Hasyim Al Kholidi Naqsabandi ini juga memiliki hubungan dengan pendiri Kota Tebing Tinggi Datuk Bandar Kajum atau dikenal dengan Datuk Punggawa dari Kerajaan Melayu Padang. Datuk Bandar Kajum yang beristrikan Hj. Fathimah yang merupakan anak pertama dari istri pertama Hj. Syofiah. Onyang saya ini sempat menunaikan ibadah haji ke Makkah, berlayar dari Pangkalan Tebing menuju Bandar Khalifah. Dari Bandar Khalifah, jamaah haji kala itu menyeberang ke Penang, Malaysia dan terus berlayar ke Jeddah.
Pada masa berikutnya, Tengku Muhammad Hasyim kembali ke kampung halamannya di Kerajaan Melayu Padang dan menetap di Kampung Kebun Kelapa yang saat ini menjadi salah satu wilayah dari Kota Tebing Tinggi. Beliau menikah dengan Hj. Syofiah dan mendapat tujuh anak dari isteri pertamanya ini. kemudian beliau juga mempunyai 3 orang isteri lainnya. Salah satu anak dari  Tengku Muhammad Hasyim adalah Atok (kakek) saya (Alm. Abdul Muthalib). Atok saya pun kemudian menikah dan memiliki 2 orang isteri dan salah satu isterinya adalah Nenek Saya (Wan Fatimah Syam) yang memiliki 3 orang anak salah satunya adalah Ayah Saya (Alm. Abdan). Ayah saya kemudian menikah dengan wanita keturunan Minang, yaitu Ibu saya (Almh. Nurhayati Tanjung) dan memiliki 6 orang anak antara lain : Elna Novita Bani Hasyim, Imelda Amelia Bani Hasyim, Deliana Bani Hasyim, Faisal Bani Hasyim, Saya (Ilmal Bani Hasyim) dan Amal Reza Bani Hasyim. Sehingga saat ini keluarga saya menjadi bagian dari keturunan Tengku H. Syekh Muhammad Hasyim Al Kholidi Naqsabandi yang masih banyak memiliki cucu dan cicit lainnya.
Dari daerah Kebun Kelapa inilah menjadi awal dari penyebaran paham naqsabandiyah ke berbagai wilayah, meliputi kerajaan Padang, Bedagai hingga ke Kerajaan Serdang. Lima Laras dan Kerajaan Bandar. Beberapa persulukan sempat dibuka murid-murid Tuan Guru Mhd. Hasyim, di antaranya di Bedagai, Sei Buluh, Lidah Tanah, Tebing Tinggi dan Bandar Khalifah. Jejak terakhir dari penyebaran tariqat ini masih terlihat di Lidah Tanah, tepatnya di Kampung Tengah. Dulu dipimpin Khalifah Adnan dan terakhir ada di Sei Buluh dipimpin oleh H. Dul Hadi.
Sebutan lain untuk Onyang saya ini adalah Tuan Guru Muhammad Hasyim, juga membuka persulukan di lahan miliknya. Namun, saat ini persulukan itu telah lama rubuh dan lahannya kini menjadi area perkebunan ubi, tepat di pinggir rel kereta api arah Rantau Prapat, di kelurahan Tebing Tinggi. Semasa hidupnya, Tengku H. Syekh Muhammad Hasyim Al Kholidi Naqsabandi kelebihan sebagai tanda kedekatannya kepada Allah SWT. Pada banyak keterangan yang saya dapat pada masa hidupnya, Syekh Muhammad Hasyim ini dikenal dengan doanya yang makbul. Kelebihan lain yang sempat terekam dalam ingatan keturunannya, adalah kemampuan Tuan Guru Muhammad Hasyim dalam melihat maksud orang yang datang kepadanya. Begitu pula dengan kemampuannya melihat masa lalu dan masa depan, sehingga banyak masyarakat saat itu yang meminta petunjuk padanya.

Dikutip dari berbagai sumber

Writed by

Ilmal Bani Hasyim

2 komentar:

  1. Bani Hasyim di Tebingtinggi, Tengku Tebing Pangeran, Abdul Karim gelar Datuk Bandar Kajum, Tengku Jamta Melayu, Tengku Sortia, Datuk Bandar Khalifah, adalah satu darah dari garis Raja Alam Siak (Raja Mengedar Alam). Jadi garis ke atas adalah Siak. Memang ini ada hubungan dengan Raja Abdullah saat Johor (vazal Melaka).

    BalasHapus