Tengku H. Syekh Muhammad Hasyim Al Kholidi Naqsabandi
adalah Buyut saya atau Ayahnya dari Atok (kakek) saya yang biasa saya panggil
Onyang yang merupakan satu di antara Khalifah Tariqat Naqsabandi yang pernah
memimpin pusat Persulukan Tariqat (Pusat Belajar Agama Islam) di Kampung
Basilam, Kabupaten Langkat Sumatera Utara. Tengku H. Syekh Muhammad Hasyim Al
Kholidi Naqsabandi, dari banyak penuturan wafat di Kampung Kebun Kelapa pada
1928. Ulama kharismatik itu diperkirakan berusia 130 tahun dan dikebumikan di
pemakaman keluarga, kini terletak di Gg. Keluarga Link.01, Kelurahan Tebing
Tinggi, Kecamatan Padang Hilir. Tengku Muhammad Hasyim dilahirkan di Bandar
Khalifah sekitar tahun 1792 dari keluarga Kerajaan Melayu Padang berpusat di
Tebing Tinggi. Ayahnya bernama Tengku Abdullah, bangsawan dari Kerajaan Johor,
Malaysia. Sedangkan Pak Cik beliau, merupakan Raja Kerajaan Padang ke-12
bernama Raja Tebing Pengeran yang gugur akibat pengkhianatan dalam perang
melawan Kerajaan Bedagai.
Raja Tebing Pangeran dalam literature terbatas,
dikenal sebagai pemberi nama dan pendiri Kota Tebing Tinggi. Di masa
kekuasaannya, berdiri Pelabuhan Sungai di tepian Sungai Padang tepatnya di Muara
Sungai Bahilang. Pangkalan ini diberi nama sesuai dengan nama pendirinya, yakni
Pangkalan Tebing dan namanya berkembang menjadi nama sebuah kota yang menjadi bagian dari salah satu
kota di Provinsi Sumatera Utara sampai saat ini. Pasca wafatnya Raja Tebing Pengeran,
tampuk kekuasaan Kerajaan Melayu Padang dikendalikan Etnis Simalungun. Gejolak
politik kerajaan itu, telah meminggirkan hak-hak politik dari warga Melayu pesisir,
sehingga banyak di antaranya yang beralih perhatian dengan mendalami agama
Islam dan menjadi ulama. Salah satunya adalah Tengku Muhammad Hasyim yang saat
itu masih berusia muda. Dia mendalami ilmu Tariqat dari aliran Naqsabandiyah di
Basilam, hingga kemudian sempat memimpin Persulukan ini.
Tengku H. Syekh Muhammad Hasyim Al Kholidi Naqsabandi
ini juga memiliki hubungan dengan pendiri Kota Tebing Tinggi Datuk Bandar Kajum
atau dikenal dengan Datuk Punggawa dari Kerajaan Melayu Padang. Datuk Bandar Kajum
yang beristrikan Hj. Fathimah yang merupakan anak pertama dari istri pertama
Hj. Syofiah. Onyang saya ini sempat menunaikan ibadah haji ke Makkah, berlayar
dari Pangkalan Tebing menuju Bandar Khalifah. Dari Bandar Khalifah, jamaah haji
kala itu menyeberang ke Penang, Malaysia dan terus berlayar ke Jeddah.
Pada masa berikutnya, Tengku Muhammad Hasyim kembali
ke kampung halamannya di Kerajaan Melayu Padang dan menetap di Kampung Kebun
Kelapa yang saat ini menjadi salah satu wilayah dari Kota Tebing Tinggi. Beliau
menikah dengan Hj. Syofiah dan mendapat tujuh anak dari isteri pertamanya ini. kemudian beliau juga mempunyai 3 orang isteri lainnya. Salah satu anak dari
Tengku Muhammad Hasyim adalah Atok (kakek) saya (Alm. Abdul Muthalib). Atok saya pun kemudian menikah dan memiliki 2 orang isteri dan salah satu isterinya adalah Nenek Saya (Wan
Fatimah Syam) yang memiliki 3 orang anak salah satunya adalah Ayah Saya (Alm. Abdan). Ayah
saya kemudian menikah dengan wanita keturunan Minang, yaitu Ibu saya (Almh.
Nurhayati Tanjung) dan memiliki 6 orang anak antara lain : Elna Novita Bani Hasyim, Imelda Amelia Bani Hasyim, Deliana Bani
Hasyim, Faisal Bani Hasyim, Saya (Ilmal Bani Hasyim) dan Amal Reza Bani Hasyim.
Sehingga saat ini keluarga saya menjadi bagian dari keturunan Tengku H. Syekh Muhammad Hasyim Al Kholidi Naqsabandi yang masih banyak
memiliki cucu dan cicit lainnya.
Dari daerah Kebun Kelapa inilah menjadi awal dari penyebaran
paham naqsabandiyah ke berbagai wilayah, meliputi kerajaan Padang, Bedagai
hingga ke Kerajaan Serdang. Lima Laras dan Kerajaan Bandar. Beberapa persulukan
sempat dibuka murid-murid Tuan Guru Mhd. Hasyim, di antaranya di Bedagai, Sei
Buluh, Lidah Tanah, Tebing Tinggi dan Bandar Khalifah. Jejak terakhir dari
penyebaran tariqat ini masih terlihat di Lidah Tanah, tepatnya di Kampung
Tengah. Dulu dipimpin Khalifah Adnan dan terakhir ada di Sei Buluh dipimpin oleh
H. Dul Hadi.
Sebutan lain untuk Onyang saya ini adalah Tuan Guru Muhammad
Hasyim, juga membuka persulukan di lahan miliknya. Namun, saat ini persulukan
itu telah lama rubuh dan lahannya kini menjadi area perkebunan ubi, tepat di pinggir
rel kereta api arah Rantau Prapat, di kelurahan Tebing Tinggi. Semasa hidupnya,
Tengku H. Syekh Muhammad Hasyim Al Kholidi Naqsabandi kelebihan sebagai tanda
kedekatannya kepada Allah SWT. Pada banyak keterangan yang saya dapat pada masa
hidupnya, Syekh Muhammad Hasyim ini dikenal dengan doanya yang makbul.
Kelebihan lain yang sempat terekam dalam ingatan keturunannya, adalah kemampuan
Tuan Guru Muhammad Hasyim dalam melihat maksud orang yang datang kepadanya.
Begitu pula dengan kemampuannya melihat masa lalu dan masa depan, sehingga
banyak masyarakat saat itu yang meminta petunjuk padanya.
Dikutip dari berbagai
sumber
Writed by
Ilmal Bani Hasyim